Solstis vs Ekuinoks: Rahasia Perbedaannya Terungkap Sekarang

Perubahan musim di Bumi dipengaruhi oleh dua fenomena astronomi: solstis dan ekuinoks. Meskipun keduanya menandai titik-titik penting dalam orbit Bumi mengelilingi matahari, terdapat perbedaan signifikan di antara keduanya. Perbedaan ini memengaruhi durasi siang dan malam di berbagai belahan bumi.

Artikel ini akan menjelaskan perbedaan antara solstis dan ekuinoks, menjelaskan fenomena solstis yang terjadi pada 21 Juni 2025, dan membahas dampaknya terhadap Bumi.

Perbedaan Solstis dan Ekuinoks

Solstis, atau titik balik matahari, terjadi ketika kemiringan Bumi terhadap matahari mencapai titik maksimumnya. Hal ini menyebabkan salah satu belahan bumi mengalami siang hari terpanjang atau terpendek dalam setahun.

Sementara itu, ekuinoks terjadi ketika kemiringan Bumi tidak condong langsung ke matahari, sehingga matahari berada tepat di atas ekuator. Akibatnya, durasi siang dan malam hampir sama di seluruh belahan bumi.

Solstis terjadi dua kali setahun, yaitu solstis Juni (musim panas di Belahan Bumi Utara) dan solstis Desember (musim dingin di Belahan Bumi Utara). Ekuinoks juga terjadi dua kali setahun, yaitu ekuinoks Maret dan September.

Solstis Juni 2025: Siang Terpanjang di Belahan Bumi Utara

Solstis Juni 2025, yang jatuh pada tanggal 21 Juni pukul 09.42 WIB, menandai dimulainya musim panas di Belahan Bumi Utara. Pada hari ini, Belahan Bumi Utara mengalami siang hari terpanjang dan malam terpendek dalam setahun.

Fenomena ini telah diamati oleh manusia selama ribuan tahun, bahkan memengaruhi pembangunan berbagai bangunan kuno seperti Stonehenge dan Chichén Itzá yang dirancang agar selaras dengan solstis. Peristiwa langit ini memegang peranan penting dalam berbagai budaya.

Di berbagai belahan dunia, perayaan solstis Juni diadakan. Beberapa di antaranya di Stonehenge, Inggris dan festival pertengahan musim panas di Skandinavia. Indonesia, sebagai negara di sekitar khatulistiwa, juga merasakan dampak fenomena ini.

Di daerah sekitar khatulistiwa, durasi siang hari sekitar 12 jam. Wilayah di bagian utara akan mengalami siang hari lebih panjang, hingga sekitar 15 jam. Daerah di utara Lingkaran Arktik bahkan mengalami siang hari selama 24 jam.

Dampak Solstis Terhadap Bumi

Solstis terjadi karena kemiringan sumbu rotasi Bumi terhadap bidang orbitnya. Kemiringan ini menyebabkan salah satu kutub Bumi condong lebih dekat ke matahari.

Pada solstis Juni, kutub utara Bumi condong paling dekat ke matahari, sehingga Belahan Bumi Utara menerima lebih banyak sinar matahari. Ini mengakibatkan siang hari yang lebih panjang di Belahan Bumi Utara.

Meskipun titik balik matahari hanya berlangsung sesaat, dampaknya terhadap durasi siang dan malam cukup signifikan. Perubahan durasi siang hari ini berpengaruh pada iklim dan pola cuaca di berbagai wilayah.

Perlu diingat bahwa waktu terjadinya solstis sedikit bervariasi setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan antara tahun kalender (365 atau 366 hari) dengan tahun astronomi (365,242199 hari). Oleh karena itu, hari terpanjang dalam setahun tidak selalu tepat bertepatan dengan tanggal solstis.

Solstis dan ekuinoks merupakan fenomena alam yang menakjubkan dan menunjukkan kompleksitas pergerakan Bumi dalam mengitari matahari. Pemahaman tentang kedua fenomena ini penting untuk mempelajari perubahan iklim dan perkembangan peradaban manusia.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *