Gunung Tambora: Pusat Edukasi & Pariwisata Masa Depan

Gunung Tambora: Pusat Edukasi & Pariwisata Masa Depan
Sumber: Detik.com

Anggota MPR RI, Johan Rosihan, mengusulkan agar Gunung Tambora ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN). Ia menekankan basis konservasi dan kebudayaan dalam penetapan tersebut.

Usulan ini disampaikan Johan saat mengunjungi puncak Gunung Tambora, berketinggian 2.851 mdpl, bersama tim dari Taman Nasional Tambora. Ia melihat potensi Tambora yang luar biasa untuk pengembangan berkelanjutan.

Gunung Tambora: Simfoni Alam, Sejarah, dan Potensi Ekonomi

Johan Rosihan menyebut Gunung Tambora sebagai “simfoni alam, sejarah, dan masa depan konservasi Indonesia.” Menurutnya, pelestarian alam, edukasi, dan pengembangan ekonomi lokal harus berjalan beriringan.

Ia menekankan pentingnya pengelolaan terpadu yang menggabungkan pelestarian alam, penguatan identitas sejarah, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar. Hal ini akan memastikan keberlanjutan pembangunan di kawasan tersebut.

Usulan Pusat Interpretasi Geowisata dan Riset Kolaboratif Internasional

Selain penetapan sebagai KSN, Johan juga mengusulkan pembangunan pusat interpretasi geowisata dan edukasi sejarah di Gunung Tambora. Pusat ini akan menjadi sarana edukasi bagi masyarakat luas.

Ia juga mendorong program riset kolaboratif berskala internasional di kawasan tersebut. Riset ini akan menggali lebih dalam potensi Tambora dari berbagai aspek, termasuk sejarah letusannya yang dahsyat.

Peran Masyarakat Lokal dalam Konservasi dan Ekowisata

Johan menekankan pentingnya peran masyarakat lokal dalam pengelolaan Gunung Tambora. Mereka harus menjadi pelaku utama dalam sistem ekowisata dan pengawasan kawasan konservasi.

Pendekatan berbasis kearifan lokal dinilai sebagai kunci keberhasilan jangka panjang. Masyarakat lokal memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berharga dalam menjaga kelestarian alam Tambora.

Letusan Gunung Tambora pada tahun 1815 merupakan peristiwa vulkanik terbesar dalam sejarah modern, berdampak signifikan pada iklim global. Namun, narasi sejarah penting ini belum sepenuhnya terangkat dalam pendidikan dan promosi wisata.

Johan berharap agar Gunung Tambora dapat dikenal dunia bukan hanya karena letusannya, tetapi juga melalui upaya riset, konservasi, dan pariwisata edukatif yang berkeadilan. Ia mengajak semua pihak untuk bekerja sama mewujudkan hal tersebut.

Usulan ini merupakan langkah awal untuk mengangkat Tambora ke dalam agenda kebijakan nasional. Johan mengundang pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan komunitas lokal untuk berkolaborasi menjadikan Tambora sebagai contoh harmoni antara alam, budaya, dan pembangunan.

Dengan pengelolaan yang tepat, Gunung Tambora dapat menjadi destinasi wisata yang berkelanjutan, sekaligus menjadi pusat edukasi dan riset yang bermanfaat bagi Indonesia dan dunia internasional. Potensi Tambora yang luar biasa perlu dikelola dengan bijak untuk kesejahteraan masyarakat lokal dan kelestarian alam.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *