Indonesia: Magnet Investor Manufaktur, Bukti Daya Tarik Ekonomi Kuat

Indonesia: Magnet Investor Manufaktur, Bukti Daya Tarik Ekonomi Kuat
Sumber: Liputan6.com

Indonesia tetap menjadi primadona bagi investor sektor manufaktur. Hal ini dibuktikan dengan realisasi investasi yang signifikan pada kuartal I 2025.

Realisasi investasi sektor manufaktur mencapai angka fantastis, yaitu Rp 179,7 triliun. Angka ini menyumbang 38,6 persen dari total investasi seluruh sektor di Indonesia yang mencapai Rp 465,2 triliun pada periode yang sama.

Indonesia, Tujuan Utama Investor Manufaktur

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa Indonesia masih menjadi tujuan utama investasi sektor manufaktur.

Hal ini ditegaskan berdasarkan data realisasi investasi yang menunjukkan minat investor global yang tinggi terhadap Indonesia.

Agus menambahkan bahwa beberapa investor global, termasuk dari Korea Selatan, telah menyatakan komitmen untuk menambah investasi di Indonesia. Mereka berencana ekspansi bisnis dan pembangunan pabrik baru.

Apresiasi Pelaku Industri dan Rincian Investasi

Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan apresiasi kepada para pelaku industri yang telah berinvestasi di Indonesia.

Investasi ini memberikan dampak positif yang luas terhadap perekonomian nasional, termasuk peningkatan devisa dan penyerapan tenaga kerja.

Berdasarkan data Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, investasi manufaktur pada kuartal I 2025 terdiri dari PMA (Penanaman Modal Asing) sebesar Rp 134,4 triliun dan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) sebesar Rp 45,3 triliun.

Beberapa sektor manufaktur yang menonjol dalam realisasi investasi antara lain logam dasar, barang logam (Rp 67,3 miliar), makanan (Rp 23,8 miliar), kimia dan farmasi (Rp 21,7 miliar), dan kendaraan bermotor (Rp 14,1 miliar).

Sektor lain yang juga menunjukkan pertumbuhan investasi meliputi kertas dan percetakan (Rp 12,9 miliar), mesin dan elektronik (Rp 11 miliar), karet dan plastik (Rp 7,1 miliar), serta industri lainnya.

Tren kenaikan investasi di sektor hilirisasi menunjukkan keberhasilan program hilirisasi dan industrialisasi pemerintah.

Industri Manufaktur: Penggerak Utama Ekonomi Indonesia

Indonesia disebut bukan sedang dalam fase deindustrialisasi. Industri manufaktur tetap menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi.

Hal ini didukung oleh data Manufacturing Value Added (MVA) dari World Bank dan United Nations Statistics yang menunjukkan nilai MVA Indonesia pada 2023 mencapai USD 255,96 miliar, tertinggi sepanjang sejarah.

Nilai MVA tersebut menempatkan Indonesia di peringkat 12 besar negara manufaktur dunia dan kelima di Asia.

Di ASEAN, Indonesia memiliki nilai MVA tertinggi, jauh di atas negara-negara seperti Thailand dan Vietnam.

Tren MVA Indonesia terus meningkat sejak 2019, kecuali selama pandemi Covid-19. Rata-rata MVA Indonesia bahkan melampaui rata-rata dunia.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan peningkatan kontribusi sektor industri pengolahan nonmigas terhadap PDB nasional pada kuartal I 2025, mencapai 17,50 persen.

Angka ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2024 (17,47 persen) dan sepanjang tahun 2024 (17,16 persen).

Analisis data PDB Industri Pengolahan Non Migas (IPNM) menunjukkan tren peningkatan share PDB IPNM yang signifikan secara statistik sejak kuartal II 2022.

Kesimpulannya, berbagai data menunjukkan bahwa industri manufaktur Indonesia tetap kuat dan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Pemerintah pun berkomitmen untuk terus mendukung sektor ini melalui kebijakan strategis yang pro-bisnis dan pro-investasi untuk meningkatkan daya saing global.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *