Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menyoroti pentingnya keberlanjutan sistem peringatan dini bencana di Indonesia. Hal ini disampaikan dalam forum tingkat tinggi United Nations Ocean Conference (UNOC) di Nice, Prancis, pada 9-10 Juni 2025. Dwikorita menekankan bahwa peningkatan kesadaran global terhadap mitigasi bencana, terutama bencana hidrometeorologi dan tsunami, merupakan langkah positif. Namun, kesadaran saja tidak cukup tanpa tindakan nyata yang berkelanjutan di tingkat lokal.
Pergantian kepemimpinan daerah seringkali mengakibatkan kebijakan mitigasi bencana yang sudah disiapkan menjadi terbengkalai. Ini merupakan tantangan besar dalam upaya mengurangi dampak bencana di Indonesia. Contoh kasus yang disampaikan Dwikorita menunjukkan betapa pentingnya konsistensi dalam penerapan sistem peringatan dini.
Sistem Peringatan Dini yang Mandek Akibat Pergantian Kepemimpinan
Dwikorita menceritakan pengalaman suatu kota di Indonesia yang telah disiapkan secara komprehensif dengan sistem peringatan dini tsunami. Seluruh pemangku kepentingan terlibat, mulai dari pemerintah daerah, peneliti, universitas, hingga masyarakat. Namun, setelah pergantian kepemimpinan daerah, semua kebijakan tersebut diabaikan.
Akibatnya, tiga tahun kemudian ketika tsunami terjadi, kota tersebut tidak siap menghadapi bencana. Kejadian ini menggarisbawahi pentingnya komitmen jangka panjang dan kesinambungan kebijakan di tingkat lokal. Perubahan kepemimpinan seharusnya tidak menghambat upaya mitigasi bencana yang telah disusun secara matang.
Pentingnya Peringatan Dini dalam Menghadapi Bencana yang Tak Terduga
Peringatan dini memberikan waktu berharga bagi masyarakat untuk mempersiapkan diri dan meminimalisir dampak bencana. Waktu antara peringatan dan kejadian bencana dapat digunakan untuk evakuasi, pengamanan harta benda, dan langkah pencegahan lainnya.
Di era perubahan iklim, bencana menjadi semakin sulit diprediksi. Sebagai contoh, munculnya Siklon Tropis Seroja di tahun 2021 yang secara teori tidak seharusnya terbentuk di wilayah tropis Indonesia. Kejadian ini menunjukkan bahwa tantangan bencana semakin kompleks dan tak terduga.
Tantangan Implementasi dan Pelajaran dari Negara Lain
Implementasi sistem peringatan dini menghadapi berbagai tantangan, termasuk penyebaran informasi, kualitas informasi, respons masyarakat, dan koordinasi antar lembaga. Meskipun semua pihak telah siap, bencana terkadang tidak terjadi, namun kelalaian dapat menyebabkan bencana datang kapan saja.
Indonesia belajar dari negara-negara seperti Jamaika, Afrika Selatan, Brasil, dan negara-negara Pasifik dalam membangun ketahanan menghadapi bencana laut. Namun, pelajaran terpenting adalah bagaimana menjaga konsistensi komitmen, khususnya di tingkat lokal. Teknologi canggih tanpa dukungan sosial-politik yang konsisten akan sia-sia.
Inovasi teknologi dan observasi laut dalam menjadi penting dalam meningkatkan sistem peringatan dini. Namun, teknologi ini harus dibarengi dengan kebijakan yang berkelanjutan dan komitmen dari semua pihak, termasuk pemerintah daerah.
Kesimpulannya, keberhasilan sistem peringatan dini bencana bergantung pada komitmen jangka panjang dan kesinambungan kebijakan di semua tingkatan. Pergantian kepemimpinan tidak boleh menghentikan upaya mitigasi bencana yang telah terbangun. Pembelajaran dari negara lain juga penting, tetapi yang paling utama adalah konsistensi komitmen di tingkat lokal.





