AI Ancam Pekerjaan? 5 Karier Ini Hilang 2030

AI Ancam Pekerjaan? 5 Karier Ini Hilang 2030
Sumber: Kompas.com

Perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI) telah menimbulkan dampak signifikan terhadap dunia kerja. Meskipun perubahan teknologi selalu memengaruhi pasar tenaga kerja, kecepatan dan jangkauan kemampuan AI saat ini menghadirkan tantangan besar, khususnya bagi pekerja kelas menengah. Analisis dari McKinsey dan Forum Ekonomi Dunia (WEF) menunjukkan sejumlah profesi terancam terdisrupsi karena sifat kerjanya yang repetitif, berbasis aturan, atau sangat bergantung pada data.

Pekerjaan yang dulunya dianggap menjanjikan stabilitas dan keamanan ekonomi kelas menengah kini menghadapi ancaman otomatisasi skala besar. Tren saat ini dan proyeksi para ahli menunjukkan beberapa profesi akan mengalami transformasi drastis, bahkan tergantikan sepenuhnya oleh AI pada tahun 2030. Berikut lima profesi kelas menengah yang diperkirakan akan terkena dampak paling signifikan.

1. Petugas Entri Data: Era Ketikan yang Semakin Usang

Profesi petugas entri data selama ini menjadi sumber lapangan kerja yang cukup besar. Pekerjaan ini memerlukan keterampilan komputer dasar dan melibatkan tugas-tugas repetitif seperti memasukkan, memperbarui, dan mengatur data. Namun, sifat pekerjaan yang sangat berulang dan berbasis aturan membuatnya rentan terhadap otomatisasi.

Sistem AI dengan teknologi pengenalan karakter optik (OCR) dan pemrosesan bahasa alami (NLP) mampu melakukan tugas-tugas tersebut lebih cepat dan akurat daripada manusia. McKinsey memperkirakan hingga 38 persen tugas entri data bisa diotomatisasi pada tahun 2030. Beberapa sektor bahkan berpotensi mengalami penggantian hampir total.

Penggunaan pemindai dokumen otomatis dan sistem manajemen basis data cerdas menjadi bukti pergeseran ini. Sisa pekerjaan di bidang ini kemungkinan bergeser menjadi peran pengawasan sistem AI, memverifikasi hasil kerja AI atau menangani pengecualian. Namun, jumlah pekerjaan ini jauh lebih sedikit. Para pekerja di bidang ini perlu mempertimbangkan untuk mengembangkan keterampilan dalam pengelolaan sistem AI atau beralih ke analisis data yang lebih kompleks.

2. Akuntan: Neraca Keuangan di Era AI

Posisi akuntansi tingkat pemula dan yang bersifat rutin juga menghadapi disrupsi besar. Platform berbasis AI semakin mampu mengotomatisasi tugas-tugas keuangan inti seperti pembukuan, perhitungan pajak, dan pelaporan keuangan.

Sekitar 20 persen pekerjaan akuntansi, terutama di level awal, diperkirakan dapat diotomatisasi pada tahun 2030. Persiapan pajak dasar bahkan diproyeksikan akan sepenuhnya diambil alih oleh perangkat lunak AI. Perangkat lunak ini mampu menafsirkan kode dan regulasi pajak yang kompleks dengan pengawasan manusia minimal.

Perkembangan alat-alat seperti QuickBooks dan TurboTax, serta versi AI-nya yang terus berkembang, menunjukkan tren ini. Meskipun peran penasihat tingkat tinggi yang memerlukan penilaian profesional masih akan tetap ada, tugas-tugas rutin dan pemrosesan data akan semakin banyak ditangani oleh AI generatif dan otomatisasi proses robotik (RPA). Akuntan profesional perlu meningkatkan keahlian mereka di bidang strategi keuangan, layanan konsultasi khusus, atau manajemen hubungan klien.

3. Teller Bank: Transaksi Keuangan Tanpa Tatap Muka

Peran teller bank yang selama ini menjadi tulang punggung layanan perbankan konvensional juga menghadapi ancaman otomatisasi. Mesin ATM dan layanan perbankan online telah mengurangi kebutuhan akan teller secara bertahap.

Dengan perkembangan AI, layanan perbankan digital semakin canggih dan efisien. AI mampu memproses transaksi, menjawab pertanyaan pelanggan, dan memberikan dukungan teknis tanpa campur tangan manusia. Otomatisasi ini diperkirakan akan terus meningkat, sehingga mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja teller secara signifikan.

Meski masih ada kebutuhan untuk interaksi manusia dalam beberapa layanan tertentu, trennya menunjukkan peran teller akan bergeser ke posisi yang lebih fokus pada manajemen risiko, layanan pelanggan tingkat lanjut, dan penanganan kasus yang kompleks. Keterampilan interpersonal dan keahlian dalam memecahkan masalah akan sangat dibutuhkan.

4. Tenaga Administrasi: Efisiensi Kerja yang Dipercepat AI

Pekerjaan administrasi yang mencakup tugas-tugas seperti penjadwalan, pengarsipan dokumen, dan manajemen korespondensi sangat rentan terhadap otomatisasi. Perangkat lunak AI dan otomatisasi proses robotik (RPA) dapat mengerjakan tugas-tugas ini dengan efisiensi tinggi.

AI dapat mengotomatiskan tugas-tugas rutin seperti pembuatan laporan, pengolahan email, dan pengorganisasian dokumen. Ini akan mengurangi beban kerja tenaga administrasi dan memungkinkan mereka untuk fokus pada tugas-tugas yang membutuhkan kemampuan kognitif tingkat tinggi.

Dengan semakin berkembangnya teknologi AI, tenaga administrasi perlu mengasah keterampilan di bidang analisis data, manajemen proyek, dan komunikasi efektif. Kemampuan untuk berkolaborasi dengan AI dan mengoptimalkan penggunaan teknologi akan menjadi sangat penting.

5. Pekerja Pabrik: Robot Menggantikan Tenaga Manusia?

Pekerjaan di pabrik yang bersifat repetitif dan berulang, seperti perakitan dan pengoperasian mesin, telah lama menjadi target otomatisasi. Robot dan sistem AI yang terintegrasi dengan teknologi lini produksi, mampu melakukan tugas-tugas ini dengan presisi dan kecepatan tinggi.

Penggunaan robot dan AI dalam proses produksi pabrik akan terus meningkat. Ini dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya produksi, dan meningkatkan kualitas produk. Peran tenaga kerja manusia di pabrik mungkin bergeser dari pekerjaan manual menjadi pekerjaan pemeliharaan, pengawasan, dan pengoperasian sistem otomatisasi.

Tenaga kerja di industri manufaktur perlu meningkatkan keterampilan dalam bidang perawatan dan pemeliharaan mesin, pemrograman robot, dan analisis data produksi. Kemampuan dalam memecahkan masalah teknis dan bekerja dengan teknologi canggih akan sangat dibutuhkan.

Perkembangan AI memang menghadirkan tantangan besar bagi dunia kerja, khususnya bagi pekerja kelas menengah. Namun, ini juga membuka peluang bagi pekerja untuk meningkatkan keterampilan dan beradaptasi dengan perubahan teknologi. Fokus pada pengembangan kemampuan analisis data, pemecahan masalah, dan kemampuan interpersonal akan menjadi kunci kesuksesan di masa depan. Penting bagi individu untuk selalu mengikuti perkembangan teknologi dan mengembangkan kemampuan yang sulit digantikan oleh AI.

Pos terkait