Festival Mustika Rasa Semarang: Jelajah Kuliner Tradisional Legendaris

Festival Mustika Rasa Semarang: Jelajah Kuliner Tradisional Legendaris
Sumber: Liputan6.com

Semarang akan menyelenggarakan Festival Mustika Rasa, sebuah perhelatan seni dan budaya yang unik dan menarik. Festival ini didedikasikan untuk melestarikan kuliner tradisional Indonesia, khususnya melalui resep-resep legendaris dari buku “Mustikarasa” peninggalan Presiden Soekarno. Acara yang akan berlangsung di Kota Lama Semarang ini dijadwalkan pada 26-30 Juni 2025, bertepatan dengan bulan Bung Karno.

Pemerintah Kota Semarang memberikan dukungan penuh terhadap Festival Mustika Rasa. Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, menyatakan bahwa inisiatif ini selaras dengan komitmen Pemkot dalam memajukan seni budaya dan memperkuat karakter kebangsaan, terutama di kalangan generasi muda. Dukungan tersebut meliputi fasilitasi teknis, publikasi, pengamanan, dan fasilitasi kesehatan.

Festival Mustika Rasa: Merayakan Kuliner dan Budaya Indonesia

Festival Mustika Rasa 2025 dirancang sebagai perayaan kuliner dan budaya Indonesia. Acara ini akan menampilkan berbagai kegiatan menarik dan edukatif untuk semua kalangan.

Festival ini bukan hanya sekadar pameran kuliner. Berbagai kegiatan kreatif lainnya juga akan memeriahkan acara, mulai dari pameran lukisan hingga lomba menggambar dan mewarnai untuk anak-anak. Lomba kuliner khusus, yang terinspirasi dari resep-resep dalam buku “Mustikarasa”, juga akan menjadi daya tarik utama.

Kota Lama Semarang akan menjadi lokasi penyelenggaraan. Pengunjung dapat menikmati suasana budaya yang meriah di lokasi ikonik seperti Oudetrap, Taman Garuda, dan Taman Srigunting. Ini menjadi kesempatan bagi wisatawan domestik untuk merasakan pesona Kota Lama yang dibalut nuansa budaya.

Menggali Warisan Kuliner Bung Karno melalui “Mustikarasa”

Buku “Mustikarasa”, dipublikasikan tahun 1967, merupakan warisan berharga Presiden Soekarno. Buku ini menjadi inspirasi utama Festival Mustika Rasa.

Buku ini tidak sekadar kumpulan resep. “Mustikarasa” mencerminkan visi Bung Karno dalam mempersatukan Indonesia melalui kekayaan kulinernya. Buku setebal 1123 halaman ini memuat lebih dari 1600 resep dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk resep yang mungkin dianggap kontroversial pada masanya.

Buku “Mustikarasa” merupakan dokumentasi penting. Sebelum kemunculannya, kekayaan kuliner Indonesia belum terdokumentasi secara menyeluruh dan terpusat. Buku ini pun menjadi dokumen bersejarah mengenai kuliner Indonesia pada masanya.

Menyelami Isi Buku “Mustikarasa”: Lebih dari Sekadar Resep

Buku “Mustikarasa” terdiri dari sembilan bagian utama. Setiap bagian menyorot aspek berbeda dari kuliner Nusantara.

Berikut rincian sembilan bagian dalam buku “Mustikarasa”:

  • Bagian 1: Uraian tentang masakan secara umum.
  • Bagian 2: Makanan pokok berbagai daerah di Indonesia.
  • Bagian 3: Lauk pauk basah berkuah, menampilkan beragam variasi kuah dan bahan dasar.
  • Bagian 4: Lauk pauk basah tanpa kuah, menunjukkan keragaman rasa dan tekstur.
  • Bagian 5: Aneka lauk gorengan, merangkum teknik penggorengan dan variasi bahan.
  • Bagian 6: Aneka lauk bakar, menampilkan variasi teknik dan bumbu.
  • Bagian 7: Beragam jenis sambal dan cara pembuatannya.
  • Bagian 8: Berbagai macam jajanan tradisional dari seluruh Indonesia.
  • Bagian 9: Aneka minuman tradisional yang menyegarkan.

Buku ini juga relevan dengan konteks krisis pangan di masa lalu. Penggunaan resep-resep dari berbagai daerah dan aneka bahan makanan mencerminkan upaya untuk memanfaatkan sumber daya lokal. “Mustikarasa” kembali dicetak ulang pada tahun 2016 oleh penerbit Komunitas Bambu, menunjukkan betapa pentingnya buku ini hingga saat ini.

Festival Mustika Rasa 2025 diharapkan menjadi ajang untuk menghidupkan kembali semangat nasionalisme dan kecintaan terhadap budaya Indonesia. Dengan beragam kegiatannya, festival ini bukan hanya akan memperkenalkan kuliner tradisional, tetapi juga mempersatukan masyarakat dalam sebuah perayaan budaya yang meriah dan berkesan. Kota Lama Semarang akan kembali berdenyut dengan semangat kebangsaan dan cita rasa kuliner Nusantara.

Pos terkait