Jenazah Juliana Marins, pendaki Brasil yang meninggal setelah jatuh di Gunung Rinjani, telah tiba di Brasil dan menjalani autopsi ulang. Proses autopsi, yang dilakukan pada Rabu, 2 Juli 2025, waktu setempat, telah selesai dan jenazah diserahkan kepada pihak keluarga. Permintaan autopsi ulang ini muncul setelah keluarga mempertanyakan hasil autopsi pertama yang dilakukan di Indonesia.
Autopsi kedua dilakukan oleh dua ahli forensik dari Kepolisian Sipil Rio de Janeiro, diawasi oleh seorang ahli medis dari Kepolisian Federal, dan disaksikan oleh seorang asisten teknis yang mewakili keluarga. Laporan awal autopsi ulang ini diperkirakan akan dirilis dalam waktu tujuh hari ke depan.
Autopsi Ulang dan Permintaan Keluarga
Permintaan autopsi ulang diajukan oleh Kantor Pembela Umum Persatuan (DPU) atas permintaan keluarga Juliana. Permintaan ini diterima oleh Kantor Jaksa Agung Persatuan (AGU) pada Minggu, 29 Juni 2025.
Alasan utama permintaan autopsi ulang adalah kurangnya klarifikasi mengenai penyebab dan waktu pasti kematian Juliana dalam laporan autopsi pertama dari pihak kepolisian Indonesia. Keluarga menginginkan penyelidikan lebih menyeluruh untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai peristiwa yang menyebabkan kematian pendaki tersebut.
Hasil Autopsi di Indonesia dan Keterbatasan Autopsi Ulang
Hasil autopsi awal di Indonesia menunjukkan Juliana meninggal akibat trauma tumpul karena jatuh. Pemeriksaan menunjukkan ia meninggal sekitar 20 menit setelah kejadian tersebut.
Namun, ahli forensik dan pemeriksa medis Caroline Daitx dari CNN Brasil mencatat sejumlah keterbatasan dalam autopsi ulang. Manipulasi organ internal dalam autopsi pertama telah menyulitkan proses penentuan volume darah yang hilang, informasi yang krusial untuk memahami dinamika kematian Juliana.
Metode pengawetan jenazah juga telah mengubah jaringan tubuh secara permanen. Hal ini membatasi cakupan autopsi ulang dan menyulitkan rekonstruksi detail kematian.
Kesimpulan Ahli Forensik Indonesia
Hasil autopsi yang dilakukan oleh Dokter spesialis forensik RSBM Ida Bagus Putu Alit di Denpasar menunjukkan luka-luka di seluruh tubuh Juliana, terutama luka lecet geser akibat benturan benda tumpul saat jatuh di Cemara Nunggal.
Selain luka lecet, ditemukan pula patah tulang di dada, tulang belakang, punggung, dan tulang paha. Patah tulang ini menyebabkan kerusakan organ dalam dan pendarahan internal yang cukup banyak, terutama di rongga dada.
Meskipun tidak ada herniasi otak, pendarahan internal yang signifikan akibat patah tulang menjadi penyebab utama kematian. Dokter Alit juga menyatakan kesulitan untuk memastikan penyebab kematian akibat hipotermia karena kondisi jenazah yang sudah diawetkan.
Rencana Pemakaman Juliana Marins
Pemakaman Juliana Marins akan diadakan di Pemakaman Parque da Colina, Niterói, kampung halamannya. Pemakaman akan dibagi menjadi dua sesi.
Sesi pertama, yang terbuka untuk umum, akan berlangsung pada Jumat, 4 Juli 2025, pukul 10 pagi hingga 12 siang. Sesi kedua, yang lebih privat, akan dihadiri oleh teman dan keluarga dekat dan berlangsung dari pukul 12.30 siang hingga 3 sore, waktu setempat.
Proses autopsi ulang, meskipun dengan keterbatasan teknis, memberikan kesempatan bagi keluarga Juliana untuk mendapatkan klarifikasi lebih lanjut mengenai penyebab kematian putrinya. Hasil autopsi ulang, yang diharapkan keluar dalam waktu dekat, akan memberikan gambaran yang lebih komprehensif dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang masih belum terjawab. Semoga hasil autopsi ini memberikan ketenangan bagi keluarga yang sedang berduka.
