Konflik antara Israel dan Iran telah menimbulkan dampak signifikan terhadap sektor penerbangan global. Belasan maskapai penerbangan terpaksa menunda atau membatalkan penerbangan mereka, mengakibatkan ratusan turis terdampar di berbagai negara, khususnya di kawasan Timur Tengah.
Kejadian ini menyebabkan situasi yang kacau di beberapa bandara dan kantor maskapai. Banyak pelancong yang terjebak dalam situasi sulit, menunggu berjam-jam bahkan berhari-hari untuk mendapatkan tiket kepulangan.
Situasi Memprihatinkan di Kantor Maskapai
Pemandangan di luar kantor Iraqi Airways di beberapa negara menjadi gambaran nyata dampak konflik tersebut. Para pelancong yang frustrasi dan marah melampiaskan kekesalan mereka kepada petugas maskapai.
Di Beirut misalnya, Mujtaba, warga negara Irak, menceritakan pengalaman pahitnya. Ia dan dua temannya terdampar selama empat hari karena pembatalan penerbangan.
Mereka awalnya berlibur ke Beirut untuk merayakan Idul Adha dan seharusnya pulang pada 16 Juni 2025. Kehabisan uang dan makanan, mereka hanya bisa berharap bisa segera pulang.
Tuduhan Getok Harga Tiket
Banyak pelancong menuduh Iraqi Airways memanfaatkan situasi darurat ini dengan menaikkan harga tiket secara signifikan. Mujtaba mengaku diminta membayar sekitar 850 dolar AS untuk mendapatkan tiket.
Pihak Iraqi Airways menyatakan sedang menyelidiki tuduhan tersebut. Seorang pelancong lain di Dubai yang memilih untuk dirahasiakan identitasnya, juga mengalami kesulitan mendapatkan tiket setelah menunggu selama tiga hari.
Situasi semakin diperparah dengan melonjaknya harga transportasi darat. Perjalanan darat dari Amman ke Baghdad misalnya, melonjak dari 50 dolar AS menjadi 250-300 dolar AS.
Kepanikan dan Pengungsian Warga Sipil
Di Israel, pasangan turis Amerika-Israel, Karen dan Omri Mamon, mengalami situasi yang menegangkan. Mereka yang tengah berlibur untuk menghadiri pernikahan keluarga, terpaksa berpindah-pindah tempat berlindung.
Serangan mendadak Israel ke Iran mengakibatkan penutupan sebagian besar wilayah udara, termasuk Bandara Ben Gurion di Tel Aviv. Banyak penerbangan dibatalkan, membuat banyak warga terdampar dan kesulitan pulang.
Omri menceritakan pengalamannya berlindung dari serangan rudal. Ia mengaku suara ledakan bom sangat keras dan menakutkan, berbeda dari pengalaman berlindung sebelumnya di Israel.
Mereka telah berupaya meninggalkan Israel dan kembali ke Florida sejak serangan tersebut terjadi.
Evakuasi WNI dari Kawasan Konflik
Pemerintah Indonesia telah melakukan evakuasi terhadap 97 warga negara Indonesia (WNI) dari kawasan konflik. Angka tersebut meliputi 93 WNI, tiga staf kedutaan, dan seorang warga negara asing yang merupakan pasangan WNI.
Evakuasi dilakukan melalui jalur darat dari Iran ke Azerbaijan, lalu ke Baku. Perjalanan evakuasi memakan waktu sekitar 16 jam.
Selain itu, pemerintah juga mengevakuasi empat WNI di Israel melalui jalur darat ke Yordania. Proses evakuasi diharapkan berjalan lancar dan situasi konflik segera mereda.
Perang Israel-Iran telah menimbulkan krisis kemanusiaan yang signifikan, menunjukkan dampak luas konflik bersenjata terhadap warga sipil dan sektor perjalanan internasional. Selain kerugian ekonomi, trauma dan kesulitan yang dialami para turis terdampar menjadi bukti pentingnya perencanaan perjalanan yang matang dan kesiapsiagaan menghadapi situasi darurat global.
