Masjid Quba, yang terletak di Madinah, Arab Saudi, lebih dari sekadar bangunan suci pertama yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW. Ia merupakan simbol abadi semangat persaudaraan dan gotong royong dalam Islam, nilai-nilai yang tetap relevan hingga saat ini. Profesor Oman Fathurahman, seorang filolog dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, baru-baru ini berbagi pengetahuan mendalam tentang Masjid Quba, langsung dari Madinah kepada Tim Media Center Haji Kementerian Agama. Penjelasannya memberikan wawasan berharga tentang sejarah dan signifikansi masjid bersejarah ini.
Berbicara di depan latar belakang Masjid Quba, Profesor Oman memulai penuturannya dengan mengulas sejarah pendiriannya. Masjid ini dibangun pada tahun pertama Hijriah (sekitar tahun 622 Masehi), setelah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya hijrah dari Makkah ke Madinah. Mereka singgah selama empat hingga lima hari di perkampungan Bani Amr bin Auf, yang kemudian menghibahkan tanahnya untuk pembangunan masjid.
Sejarah Pembangunan Masjid Quba
Pada awalnya, Masjid Quba hanya seluas sekitar 1200 meter persegi (perkiraan ukuran saat ini). Nabi Muhammad SAW sendiri yang meletakkan batu pertama pembangunan masjid, didampingi tiga sahabatnya: Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan. Bahan bangunannya sederhana, menggunakan batu dan kayu dari pohon kurma yang tersedia di sekitar lokasi.
Sayyidina Ali tidak ikut dalam pembangunan Masjid Quba karena pada saat itu ia ditugaskan untuk menutupi jejak Nabi Muhammad SAW selama perjalanan hijrah dari Makkah. Hal ini menunjukkan pentingnya peran setiap sahabat dalam sejarah awal Islam.
Makna Masjid Quba dalam Sejarah Islam
Pentingnya Masjid Quba ditegaskan dalam Surat At-Taubah ayat 108. Ayat ini menyebutkan bahwa masjid yang dibangun atas dasar takwa sejak hari pertama lebih berhak untuk dijadikan tempat salat. Masjid Quba, sebagai masjid pertama yang dibangun dengan penuh keimanan dan kesungguhan, menjadi rujukan penting dalam sejarah Islam.
Pembangunan Masjid Quba juga menjadi bukti nyata semangat gotong royong antara Muhajirin (pendatang dari Makkah) dan Anshar (penduduk Madinah). Kerja sama dan persatuan mereka dalam membangun masjid ini menjadi contoh teladan bagi umat Islam hingga kini.
Masjid Diror: Masjid Tandingan yang Buruk
Sebagai balasan atas semangat persatuan dan keimanan dalam membangun Masjid Quba, muncullah Masjid Diror, sebuah masjid yang dibangun oleh orang-orang munafik dengan tujuan untuk menyaingi dan memecah belah umat Muslim. Al-Quran mengutuk Masjid Diror karena niat buruk di balik pembangunannya.
Keberadaan Masjid Diror justru semakin mengukuhkan keutamaan Masjid Quba sebagai simbol keimanan yang teguh dan persatuan yang kuat. Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya niat dan keikhlasan dalam beribadah dan beramal.
Tradisi dan Perluasan Masjid Quba
Rasulullah SAW sering mengunjungi Masjid Quba setiap Sabtu pagi. Tradisi ini masih dilakukan oleh umat Islam hingga saat ini, sebagai bentuk penghormatan dan mengikuti sunnah Nabi. Shalat di Masjid Quba pada hari Sabtu diyakini memiliki pahala setara dengan ibadah umroh.
Masjid Quba telah mengalami beberapa kali perluasan sejak dibangun pertama kali. Pada awal abad ke-8 Masehi, menara pertama dibangun. Perluasan besar-besaran dilakukan pada masa Raja Fahd bin Abdul Aziz pada tahun 1986, hingga mencapai kapasitas 20.000 meter persegi. Saat ini, masjid tersebut telah diperluas lagi dan mampu menampung sekitar 60.000 jemaah.
Aktivitas di Sekitar Masjid Quba
Masjid Quba tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat aktivitas sosial ekonomi bagi masyarakat sekitar. Terdapat kawasan _foodcourt_ di halaman belakang masjid yang ramai dikunjungi. Hal ini menunjukkan bahwa aspek ekonomi juga turut berperan dalam perkembangan masjid, sesuai dengan sejarah Islam yang juga mencakup aspek perdagangan.
Namun, Nabi Muhammad SAW juga mengingatkan untuk tidak melakukan transaksi jual beli di dalam masjid, melainkan di luar area masjid. Hal ini menunjukan keseimbangan antara aktivitas sosial ekonomi dan kesucian tempat ibadah.
Sebagai penutup, Masjid Quba bukan hanya sekadar situs bersejarah, tetapi juga pelajaran hidup yang berharga. Nilai-nilai persaudaraan, gotong royong, dan keikhlasan yang tertanam dalam sejarah pembangunannya tetap relevan dan inspiratif bagi umat Islam di seluruh dunia. Kunjungan ke Masjid Quba menjadi kesempatan untuk merenungkan nilai-nilai tersebut dan memperkuat ikatan ukhuwah Islamiyah.




