Expo dan Forum Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 yang berlangsung di Jakarta pada 22-24 Juni 2025, menjadi ajang penting dalam upaya mengatasi krisis polusi plastik di Indonesia. Acara ini mengusung tema global “Hentikan Polusi Plastik,” mengingat dampak serius polusi plastik terhadap lingkungan, kesehatan, dan masa depan.
Menteri Lingkungan Hidup (MenLH), Hanif Faisol Nurofiq, menekankan pentingnya kolaborasi dan aksi nyata untuk mengatasi masalah ini. Expo dan Forum tersebut menjadi wadah bagi berbagai pihak untuk berkolaborasi dalam mencari solusi.
Expo dan Forum: Pameran dan Edukasi Ramah Lingkungan
Expo menampilkan 78 booth dari berbagai instansi, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, dunia usaha, komunitas, hingga akademisi. Bukan hanya pameran produk ramah lingkungan dan teknologi hijau, tetapi juga forum edukatif.
Berbagai talkshow, workshop, dan coaching clinic dengan 28 tema layanan publik diselenggarakan. Topik yang dibahas beragam, mulai dari AMDALNET, baku mutu air dan tanah, hingga program Adiwiyata dan Kalpataru.
Menangani Krisis Sampah Plastik di Indonesia
Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah plastik. Pada tahun 2023 saja, Indonesia menghasilkan 10,8 juta ton sampah plastik, dengan lebih dari enam juta ton tidak terkelola dengan baik.
Proyeksi di tahun 2050 menunjukkan separuh sampah Indonesia akan berupa plastik jika tidak ada intervensi serius. Oleh karena itu, pemerintah menerapkan berbagai strategi untuk mengatasinya.
Strategi tersebut termasuk pelarangan bertahap plastik sekali pakai hingga 2029, penghentian impor sampah plastik, dan penguatan kebijakan Extended Producer Responsibility (EPR).
Pemerintah juga membangun waste-to-energy di 33 kota besar dan menjatuhkan sanksi bagi pemerintah daerah yang masih melakukan open dumping sejak Maret 2025. Forum Rakornas Pengelolaan Sampah juga menjadi bagian penting dalam peringatan ini.
Partisipasi Publik dan Kebijakan Baru
Untuk menarik partisipasi publik, berbagai kegiatan menarik diadakan, seperti jalan sehat, fashion show dari bahan daur ulang, serta pertunjukan seni dan hiburan. Komunitas, UMKM, dan pelaku ekonomi lokal juga dilibatkan.
Expo dan Forum ini juga menjadi momentum peluncuran kebijakan baru, termasuk Proper dan Adipura versi terbaru, serta sistem penilaian kinerja pemerintah daerah dalam perlindungan lingkungan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat.
Indonesia berkomitmen untuk menjadi contoh dalam penanganan sampah plastik, terutama dalam perundingan INC-5 di Jenewa, Swiss pada Agustus 2025. Indonesia mendorong keadilan lingkungan dan akuntabilitas produsen global.
MenLH Hanif Faisol Nurofiq menegaskan bahwa plastik tidak dilarang karena dibutuhkan untuk pembangunan ekonomi, tetapi pengelolaan limbahnya harus menjadi perhatian serius. Produsen kemasan harus mempertimbangkan tipe plastik, ukuran, dan penarikan kembali limbah plastik.
Ia mengajak semua pihak untuk membangun fasilitas pengelolaan sampah dan daur ulang sejak tingkat rumah tangga, serta menjadikan berbagai tempat publik sebagai ruang edukasi lingkungan hidup tanpa sampah. Harapannya, Indonesia dapat memberikan solusi nyata dalam mengatasi polusi plastik global.
Konferensi INC di bulan Agustus mendatang diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan global yang mengikat untuk pengendalian polusi plastik. Upaya kolaboratif antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sangat krusial untuk mencapai tujuan tersebut dan menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan.
