Seorang turis asal Brasil ditemukan meninggal dunia di Gunung Rinjani. Kejadian ini terjadi pada Selasa, 24 Juni 2025, setelah korban, Juliana Marins, jatuh ke jurang sedalam sekitar 600 meter. Insiden ini telah mendorong Menteri Pariwisata Indonesia untuk memperketat pengawasan keamanan di destinasi wisata berisiko tinggi.
Tragedi ini menjadi sorotan, mengingatkan pentingnya prioritas keselamatan dan keamanan wisatawan di Indonesia. Langkah-langkah konkret dibutuhkan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Pengawasan Ketat di Destinasi Wisata Berisiko Tinggi
Menanggapi insiden tersebut, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana langsung memerintahkan pengetatan pengawasan di semua destinasi wisata berisiko tinggi, termasuk Gunung Rinjani. Hal ini merupakan upaya untuk mencapai target “zero accident” di sektor pariwisata.
Pihak terkait diminta memperkuat standar operasional khusus dan meningkatkan pengawasan. Satu kejadian kecelakaan saja dapat berdampak besar bagi citra pariwisata nasional.
Semua pelaku pariwisata diajak untuk berkomitmen bersama dalam aspek keamanan dan keselamatan wisatawan. Kerjasama antar pihak menjadi kunci keberhasilan upaya ini.
Empati dan Dukungan untuk Keluarga Korban
Menteri Pariwisata menyampaikan rasa empati kepada keluarga Juliana. Apresiasi juga diberikan kepada Basarnas dan pengelola Balai Taman Nasional Gunung Rinjani atas respon cepat dan koordinasi yang baik selama proses evakuasi.
Proses evakuasi jenazah Juliana yang cukup sulit dilakukan dengan cepat. Hal ini menunjukkan dedikasi dan profesionalisme tim SAR gabungan.
Jalur pendakian dari Pelawangan 4 Sembalun ke puncak Gunung Rinjani sempat ditutup sementara. Penutupan ini dilakukan untuk mempercepat dan mengamankan proses evakuasi.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Yarman Wasur, menjelaskan penutupan jalur pendakian untuk keselamatan pengunjung dan tim evakuasi. Penutupan dilakukan hingga evakuasi selesai.
Evakuasi Jenazah dan Rencana Pemulangan
Jenazah Juliana dievakuasi dan dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Mataram, NTB, untuk diautopsi. Setelah autopsi selesai, jenazah akan diterbangkan ke Denpasar, Bali, untuk kemudian dipulangkan ke Brasil.
Proses pemulangan jenazah dilakukan melalui jalur darat dari Mataram ke Denpasar. Hal ini dikarenakan tidak adanya penerbangan langsung dari Lombok ke Bali.
Pemerintah Provinsi NTB menanggung seluruh biaya selama keluarga Juliana berada di NTB. Hal ini termasuk penyediaan ambulans dan transportasi lainnya.
Evakuasi jenazah dilakukan dalam kondisi cuaca yang kurang mendukung. Tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi jenazah Juliana tanpa bantuan helikopter.
Jenazah ditandu dari Pelawangan menuju Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR). Keberhasilan evakuasi ini menunjukkan dedikasi tim SAR dalam menjalankan tugas.
Insiden ini terjadi pada Sabtu, 21 Juni 2025. Pencarian dilakukan hingga jenazah ditemukan pada kedalaman 600 meter pada Selasa, 24 Juni 2025.
Kejadian ini menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan dan peningkatan prosedur keselamatan di destinasi wisata berisiko tinggi di Indonesia. Upaya kolaboratif dari pemerintah, pengelola wisata, dan semua pihak terkait sangat krusial untuk memastikan keselamatan dan keamanan wisatawan serta menjaga citra pariwisata Indonesia di mata dunia. Semoga kejadian ini menjadi pembelajaran berharga bagi semua pihak untuk meningkatkan standar keselamatan dan mencegah tragedi serupa di masa mendatang.