UEFA baru-baru ini menjatuhkan sanksi finansial kepada beberapa klub sepak bola top Eropa. Sanksi ini merupakan bagian dari upaya UEFA untuk menegakkan aturan pengawasan keuangan yang lebih ketat. Pelanggaran aturan tersebut beragam, mulai dari ketidakseimbangan laporan keuangan hingga pengeluaran yang melebihi pendapatan.
Chelsea menjadi klub yang paling berat hukumannya, dengan total denda mencapai 31 juta euro. Jumlah ini merupakan rekor denda tertinggi dalam sejarah kompetisi UEFA untuk satu musim. Beberapa klub lain juga terkena sanksi, menunjukkan betapa seriusnya UEFA dalam menangani pelanggaran finansial.
Chelsea Pecahkan Rekor Denda UEFA
Chelsea didenda 20 juta euro karena gagal mendekati titik impas keuangan. UEFA menilai klub asal London itu tidak cukup berhasil dalam mengelola pendapatan dan pengeluarannya.
Selain itu, Chelsea juga didenda tambahan 11 juta euro. Ini karena pengeluaran klub untuk gaji pemain dan transfer pemain melebihi 80% dari total pendapatan. UEFA menganggap hal ini sebagai pelanggaran serius.
Investigasi UEFA juga menemukan adanya penjualan dua hotel senilai 76,5 juta pounds. Penjualan ini dilakukan antar anak perusahaan Chelsea di bawah Blueco 22 Ltd, perusahaan yang dimiliki oleh Todd Boehly dan Clearlake Capital sejak 2022. Transaksi ini diduga tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.
Dengan denda terbaru ini, total denda yang sudah dikeluarkan Chelsea sejak tahun 2023 mencapai 41 juta euro. Sebelumnya, Chelsea sudah didenda 10 juta euro karena ketidakwajaran laporan keuangan pada era kepemimpinan Roman Abramovich.
Barcelona Kena Sanksi, UEFA Tuntut Stabilitas Finansial
Barcelona juga menjadi salah satu klub yang menerima sanksi dari UEFA. Mereka didenda 15 juta euro karena mencatatkan kerugian yang dianggap berlebihan oleh UEFA.
Perhitungan kerugian Barcelona didasarkan pada standar kompleks yang diterapkan UEFA. Standar ini bertujuan untuk memastikan stabilitas finansial di industri sepak bola Eropa. UEFA menilai Barcelona belum memenuhi standar tersebut.
Ini bukan kali pertama Barcelona menerima sanksi finansial dari UEFA. Pada tahun 2023, mereka didenda 500.000 euro karena memanipulasi pendapatan dalam laporan keuangan. UEFA terus memantau ketat kondisi keuangan klub-klub sepak bola untuk menjamin fair play.
Meskipun mendapatkan sanksi, Barcelona masih berkesempatan bermain di Liga Champions musim depan. Keikutsertaan di Liga Champions dapat memberikan pemasukan besar bagi Barcelona. Pendapatan ini diharapkan dapat membantu mereka untuk memenuhi target keuangan UEFA di masa mendatang.
Aston Villa dan Lyon Juga Tak Luput dari Hukuman
Aston Villa, yang bermain di UEFA Conference League musim lalu, juga terkena sanksi. Mereka didenda 11 juta euro karena pengeluaran yang melebihi batas yang diizinkan.
Musim ini, Aston Villa akan bermain di Liga Champions untuk pertama kalinya dalam dua dekade. Kesempatan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan mereka dan membantu memperbaiki kondisi keuangan.
Lyon, klub Prancis yang juga menghadapi masalah keuangan, didenda 12,5 juta euro. UEFA memberikan denda ini karena kondisi keuangan Lyon yang dinilai tidak stabil.
Lyon bahkan telah menghadapi sanksi degradasi ke Ligue 2 akibat masalah finansial. Mereka kini menghadapi tantangan besar untuk memperbaiki kondisi keuangan agar dapat kembali ke Ligue 1 dan berkompetisi di Eropa.
Klub milik John Textor itu harus segera menemukan solusi untuk memperbaiki kondisi keuangannya. Jika tidak, mereka akan menghadapi kesulitan untuk berkompetisi di level tertinggi baik di liga domestik maupun kompetisi Eropa.
Sanksi-sanksi yang dijatuhkan UEFA ini menjadi bukti komitmen mereka untuk menegakkan aturan Financial Fair Play. Ke depan, klub-klub Eropa perlu lebih cermat dalam mengelola keuangan mereka agar terhindar dari sanksi serupa. Kesehatan finansial klub tidak hanya penting untuk keberlangsungan klub itu sendiri, tetapi juga untuk stabilitas industri sepak bola secara keseluruhan.