Grealish Gagal Bersinar? Nasibnya di Man City Terancam

Grealish Gagal Bersinar? Nasibnya di Man City Terancam
Sumber: Liputan6.com

Legenda sepak bola Prancis, Emmanuel Petit, melontarkan kritik pedas terhadap Jack Grealish, bintang Manchester City, atas penurunan performa signifikannya musim ini. Petit menilai kurangnya kedisiplinan dan komitmen Grealish sebagai penyebab utama penurunan drastis tersebut.

Musim 2024/25 menjadi bukti nyata kemerosotan karier Grealish. Ia hanya tujuh kali menjadi starter di Premier League dan bahkan dicoret dari skuad Piala Dunia Antarklub. Petit melihat penurunan ini berawal dari perayaan treble winners Manchester City.

Perayaan Treble dan Alkohol Jadi Titik Balik

Menurut Petit, perayaan kemenangan treble Manchester City tahun lalu dan gaya hidup Grealish yang dianggap berlebihan, khususnya terkait konsumsi alkohol, menjadi titik balik penurunan performanya. Ia menilai, meskipun Grealish berhak mendapatkan tempat di starting XI, ia tidak menunjukkan komitmen untuk mempertahankan posisi tersebut.

Petit menekankan bahwa sikap Grealish pasca perayaan treble menunjukkan kurangnya profesionalisme. Kegembiraan yang berlebih berdampak negatif terhadap kedisiplinan dan komitmennya di lapangan.

Kurang Kedisiplinan, Kehilangan Kepercayaan Guardiola dan Southgate

Petit menyoroti kurangnya kedisiplinan Grealish sebagai faktor utama penurunan kariernya. Kemampuan teknisnya memang tak diragukan, namun mentalitas dan komitmennya tidak sejalan dengan statusnya sebagai pemain top.

Akibatnya, Grealish kehilangan kepercayaan dari pelatih Manchester City, Pep Guardiola, dan juga manajer tim nasional Inggris, Gareth Southgate. Hal ini terlihat dari minimnya kesempatan bermain dan absennya dari skuad timnas.

Masa Depan Grealish di Etihad dan Kegagalan Gabung Napoli

Dengan performa yang mengecewakan, masa depan Grealish di Manchester City kini menjadi pertanyaan besar. Ada kemungkinan ia akan dilepas klub demi mendapatkan menit bermain yang lebih banyak di klub lain.

Napoli sempat tertarik untuk merekrutnya. Namun, negosiasi terhambat karena permintaan gaji Grealish yang dinilai terlalu tinggi oleh klub Serie A tersebut.

Pada usia 29 tahun, Grealish dihadapkan pada tantangan besar untuk membuktikan kembali kemampuannya. Ia harus segera bangkit dan menunjukkan profesionalisme agar tidak kehilangan tempatnya di level tertinggi sepak bola.

Situasi Grealish menjadi pelajaran berharga bagi pemain muda berbakat. Bakat dan kemampuan teknis saja tidak cukup untuk mencapai puncak prestasi. Kedisiplinan, komitmen, dan sikap profesional yang konsisten menjadi kunci keberhasilan jangka panjang dalam karier sepak bola profesional.

Kegagalan Grealish mempertahankan performanya juga menjadi catatan bagi klub-klub besar. Manajemen klub perlu memperhatikan gaya hidup pemain dan memastikan mereka tetap fokus pada kariernya, agar potensi yang dimiliki dapat dioptimalkan sepenuhnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *