Manajer Arsenal, Mikel Arteta, melihat kegagalan timnya meraih gelar musim ini sebagai momentum untuk bangkit. Arsenal akan memberikan guard of honour kepada Liverpool, juara Premier League, pada Minggu (11 Mei 2025). Kekalahan ini terasa pahit, apalagi mengingat Arsenal juga baru saja tersingkir dari semifinal Liga Champions.
Arteta berharap rasa sakit ini akan menjadi pemicu semangat bagi timnya untuk musim depan. Ia menekankan pentingnya menggunakan kekecewaan sebagai motivasi untuk berjuang lebih keras.
Guard of Honour untuk Liverpool: Pengakuan atas Kehebatan
Arteta mengakui kehebatan Liverpool musim ini. Ia menegaskan bahwa Liverpool pantas mendapatkan penghormatan berupa guard of honour.
Bagi Arteta, mengakui keunggulan lawan dan kemudian berusaha menyamainya adalah bagian penting dari proses peningkatan tim.
Arsenal: Satu Trofi dalam Lima Tahun Kepemimpinan Arteta
Musim ini, Arsenal tertinggal jauh dari Liverpool di klasemen akhir Premier League. Meskipun masih ada peluang finis di posisi kedua, capaian ini tetap jauh dari target utama mereka.
Kegagalan di berbagai kompetisi, termasuk Liga Champions dan Carabao Cup, membuat Arteta mendapat sorotan tajam dari media dan fans.
Selama lima setengah tahun kepemimpinannya, Arteta hanya mampu mempersembahkan satu trofi, yaitu Piala FA 2020. Ini menjadi catatan yang kurang memuaskan mengingat ekspektasi tinggi yang dibebankan kepadanya.
Arsenal masih memiliki peluang untuk memperbaiki posisi ke peringkat kedua, unggul tiga poin atas Manchester City dengan tiga laga tersisa. Namun, kegagalan meraih gelar liga dan tersingkirnya mereka di semifinal Liga Champions serta Carabao Cup tetap menjadi sorotan tajam bagi Arteta.
Kekecewaan dan Kritik: Bahan Bakar untuk Perbaikan
Arteta mengakui kekecewaan dan kritik yang diterimanya sebagai bagian dari proses. Ia tetap bertekad untuk mencapai target yang lebih tinggi.
Ia menekankan bahwa tuntutannya terhadap dirinya sendiri dan timnya sangat tinggi. Arteta percaya bahwa standar tinggi adalah satu-satunya cara untuk mencapai kesuksesan.
Arteta menyadari bahwa hanya satu tim yang dapat menjadi juara. Tim-tim lain harus belajar dari kegagalan dan terus berbenah untuk menjadi lebih baik. Itulah siklus dalam sepak bola.
Meskipun menghadapi tekanan dan kritik, Arteta menegaskan komitmennya untuk terus membangun Arsenal. Ia melihat kekecewaan dan kritik sebagai bagian dari perjalanan menuju kesuksesan. Hanya dengan terus meningkatkan standar dan menuntut lebih, Arsenal dapat mencapai level yang lebih tinggi.
Musim ini mungkin belum berakhir dengan gemilang untuk Arsenal, namun Arteta memandang kegagalan sebagai batu loncatan menuju masa depan yang lebih cerah. Pengalaman pahit ini akan menjadi pelajaran berharga dalam perjalanan Arsenal untuk meraih prestasi lebih baik di musim-musim mendatang.