Uni Eropa memberlakukan tarif impor mobil listrik dari China sebesar 35 persen pada tahun 2024. Langkah ini bertujuan untuk melindungi produsen mobil listrik Eropa. Namun, strategi ini ternyata kurang efektif.
Produsen mobil listrik China seperti BYD, Geely, dan SAIC justru mampu meningkatkan pangsa pasar mereka di Eropa. Mereka berhasil melewati hambatan tarif ini dengan strategi yang cerdik.
Strategi Cerdik Produsen Mobil Listrik China di Eropa
Alih-alih fokus pada mobil listrik yang terkena tarif, produsen China meningkatkan ekspor mobil hybrid dan bensin. Jenis kendaraan ini bebas dari tarif impor yang diberlakukan Uni Eropa.
Selain itu, mereka juga menargetkan pasar di negara-negara Eropa Selatan, seperti Italia dan Spanyol. Pasar di negara-negara ini belum didominasi oleh merek-merek Jerman dan Prancis seperti di Eropa Utara.
Keberhasilan Menakjubkan di Tengah Tantangan Tarif
Hasilnya sangat signifikan. Pada April 2024, merek-merek mobil China menguasai 4,9% pasar mobil baru di Uni Eropa.
Angka ini meningkat tajam dari 2,4% pada tahun sebelumnya. Artinya, sebanyak 53.000 kendaraan China terjual hanya dalam satu bulan.
Yang mengejutkan, penjualan mobil listrik China juga meningkat. Meskipun terkena tarif, penjualan mobil listrik asal China justru naik.
Faktor Keberhasilan Produsen China
Keberhasilan produsen China ini didukung oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah kemampuan mereka beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan regulasi.
Selain itu, mereka juga menawarkan produk dengan harga yang kompetitif dan spesifikasi yang menarik bagi konsumen Eropa.
Strategi pemasaran yang tepat sasaran juga memainkan peran penting dalam keberhasilan mereka.
BYD Salip Tesla di Pasar Eropa
Pada bulan April 2024, penjualan mobil listrik dari merek China melonjak hingga 59 persen. Angka ini jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan penjualan produsen mobil lainnya (hanya 26 persen).
BYD mencatat penjualan 7.231 unit mobil listrik, melampaui Tesla yang hanya menjual 7.165 unit. Ini merupakan kejadian langka di mana BYD berhasil mengalahkan Tesla di pasar Eropa.
Penurunan penjualan Tesla sebagian disebabkan oleh kontroversi yang melibatkan CEO-nya, Elon Musk, yang berdampak negatif pada citra merek di mata konsumen Eropa.
Kesimpulannya, strategi adaptasi dan inovasi yang dilakukan produsen mobil listrik China berhasil menghadapi hambatan tarif impor di Eropa. Keberhasilan ini menunjukkan daya saing tinggi industri otomotif China di pasar global, yang patut menjadi perhatian bagi produsen mobil di negara lain.
Pertumbuhan pesat ini menandakan pergeseran signifikan dalam lanskap industri otomotif global. Ke depannya, persaingan di pasar mobil listrik Eropa akan semakin ketat.





