Bos Acer Ramal Dampak Tarif Amerika: Untung atau Buntung?

Bos Acer Ramal Dampak Tarif Amerika: Untung atau Buntung?
Sumber: Detik.com

Ketidakpastian ekonomi global saat ini, terutama dampak penerapan tarif oleh pemerintah Amerika Serikat di era Donald Trump, telah menimbulkan pertanyaan besar bagi pelaku bisnis internasional. Salah satu yang merasakan dampaknya adalah Acer, produsen komputer besar asal Taiwan. Bagaimana dampak kebijakan tarif ini terhadap perusahaan teknologi tersebut?

Andrew Hou, Presiden Acer Pan Asia Pacific Operation, memaparkan potensi dampak positif dan negatif dari kebijakan tarif AS terhadap bisnis Acer. Ia melihat adanya dua skenario yang mungkin terjadi.

Dampak Negatif: Banjir Barang di Asia Tenggara

Skenario pertama yang dikhawatirkan adalah jika produk-produk sulit diekspor ke AS akibat tarif tinggi, maka akan terjadi pengalihan ekspor ke wilayah lain. Hal ini berpotensi menyebabkan kelebihan pasokan atau banjir barang di negara tujuan baru.

Hou menuturkan, “Jika produk tidak bisa dikirim ke Amerika, ke mana lagi mereka akan mengirim? Jadi sekarang kita melihat produk China khususnya, karena tidak bisa dikirim ke AS, mulai dikirim ke kawasan Asia Tenggara.” Kondisi ini tentu merugikan negara-negara tujuan ekspor tersebut.

Dampak Positif: Pergeseran Manufaktur dan Pertumbuhan Ekonomi

Namun, di sisi lain, penerapan tarif AS juga berpotensi memicu pergeseran lokasi manufaktur. Banyak perusahaan akan mencari alternatif lokasi produksi di luar China.

Hou menyebut fenomena ini sebagai “China plus 1”. Artinya, beberapa pabrik akan pindah ke negara-negara seperti Vietnam, Thailand, atau India. Ini berpotensi menguntungkan negara-negara penerima investasi tersebut.

Perpindahan manufaktur ini akan menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) negara tujuan. “Artinya apa? Lebih banyak kesempatan kerja, menciptakan GDP untuk negara-negara itu, jadi hal itu akan membantu mereka,” jelas Hou.

Dampak Positif Terhadap Konsumen

Dengan peningkatan PDB dan kesempatan kerja, daya beli masyarakat juga akan meningkat. Hal ini akan menciptakan permintaan konsumen yang lebih besar, menguntungkan perekonomian negara-negara di Asia Tenggara.

“Dengan GDP lebih baik, terbuka peluang lapangan kerja dan juga akan menciptakan sebagian permintaan konsumen. Jadi itulah yang kami pikirkan akan terjadi mengenai tarif,” tambah Hou.

Kekhawatiran Terhadap Dumping Produk

Meskipun demikian, Acer tetap berharap skenario positif tersebut yang terjadi, bukan malah terjadi pembuangan barang (dumping) ke pasar Asia Tenggara karena sulitnya akses ke pasar AS.

Hou mengakui kekhawatirannya akan potensi dumping. “Kami harap tidak terjadi dumping itu, tapi sulit mengatakannya. Kami melihat beberapa merek PC, terutama merek dari AS, jika mereka tidak bisa menjual banyak di pasar lokal, bisa berakhir di Asia Tenggara. Kami belum tahu, tapi kami cemas itu akan terjadi,” ujarnya.

Kesimpulannya, kebijakan tarif AS menimbulkan dampak ganda bagi Acer dan perekonomian global. Meskipun potensi pergeseran manufaktur dan pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara terlihat menjanjikan, risiko dumping tetap menjadi ancaman yang perlu diwaspadai. Situasi ini membutuhkan strategi yang tepat dari berbagai pihak agar dapat memaksimalkan manfaat dan meminimalisir kerugian.

Ke depan, pemantauan perkembangan ekonomi global dan adaptasi strategi bisnis akan sangat krusial bagi perusahaan-perusahaan seperti Acer untuk menghadapi ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan proteksionis.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *