Tragedi Selat Bali: Standar Keamanan Kapal Feri Indonesia Dipertanyakan

Tragedi Selat Bali: Standar Keamanan Kapal Feri Indonesia Dipertanyakan
Sumber: Liputan6.com

Tragedi tenggelamnya Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Rabu, 2 Juli 2025, telah menyita perhatian dunia. Tidak hanya di Indonesia, insiden ini juga menjadi sorotan media asing, yang turut menyoroti masalah keselamatan pelayaran di perairan Indonesia.

Beberapa media internasional bahkan menyebut kecelakaan laut sebagai kejadian yang “lumrah” di Indonesia, mengingat kondisi geografisnya sebagai negara kepulauan dengan ribuan pulau dan kadang-kadang dihadapkan pada cuaca buruk. Hal ini juga dikaitkan dengan standar keselamatan yang masih perlu ditingkatkan.

Kecelakaan Laut di Indonesia: Sorotan Media Asing

Agence France-Presse (AFP), yang laporannya dimuat di South China Morning Post (SCMP), mengungkapkan bahwa kecelakaan laut di Indonesia sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk standar keselamatan yang rendah dan kondisi cuaca yang tidak menentu.

Laporan AFP juga merangkum sejumlah kecelakaan laut di Indonesia sebelumnya. Salah satunya adalah insiden terbaliknyakapal di perairan Bali pada Maret 2025, yang menewaskan seorang warga Australia dan melukai beberapa orang lainnya.

Selain itu, diberitakan pula tentang kandasnya sebuah kapal feri di Nusa Tenggara Timur pada tahun 2022, yang sempat terjebak selama dua hari. Untungnya, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.

Tragedi tenggelamnya sebuah feri di Danau Toba pada 2018, yang menelan lebih dari 150 korban jiwa, juga turut disebutkan dalam laporan AFP. Insiden ini menjadi bukti perlunya perhatian serius terhadap keselamatan pelayaran di Indonesia.

Kronologi Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya

Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Muhammad Masyhud, memaparkan kronologi peristiwa nahas tersebut. KMP Tunu Pratama Jaya sedang dalam perjalanan dari Pelabuhan Ketapang menuju Gilimanuk.

Kapal dilaporkan mengalami masalah (distress) sekitar pukul 23.20 WIB dan akhirnya tenggelam pada pukul 23.35 WIB di koordinat 8° 9’32.35″S 114°25’6.38″E. Berdasarkan data sementara, kapal tersebut mengangkut 53 penumpang, 12 awak kapal, dan 22 kendaraan.

Operasi pencarian dan penyelamatan (SAR) langsung dilakukan oleh tim gabungan dari Basarnas, TNI/Polri, Syahbandar, KPLP, ASDP, dan instansi terkait lainnya. Operasi SAR dikoordinasikan oleh Kantor Pencarian dan Pertolongan setempat.

Upaya Penyelamatan dan Jumlah Korban

Hingga pukul 10.03 WIB, sebanyak 34 korban telah ditemukan. Dari jumlah tersebut, 30 orang selamat dan 4 orang meninggal dunia. Data ini diperoleh dari Posko Pelabuhan ASDP Ketapang Banyuwangi.

Keluarga dan kerabat korban terus berdatangan ke Posko Pelabuhan Ketapang Banyuwangi untuk mendapatkan informasi terkini. Salah satu keluarga korban, Teguh, mengungkapkan kesedihannya atas meninggalnya kakak iparnya yang bekerja sebagai penjaga kantin di kapal tersebut.

Jenazah korban ditemukan di wilayah Banyubiru, Gilimanuk, Bali, dan masih dalam penanganan medis. Keluarga masih menunggu proses evakuasi jenazah.

Operasi SAR masih terus berlangsung. Namun, upaya penyelamatan terkendala oleh kondisi cuaca buruk, seperti gelombang laut setinggi 2-2,5 meter, angin kencang, dan arus laut yang kuat.

Presiden Prabowo Subianto, yang saat ini berada di Arab Saudi, telah menerima laporan terkait insiden tersebut dan memerintahkan jajaran terkait untuk memprioritaskan keselamatan korban.

Masyhud menyampaikan keprihatinan mendalam atas kejadian ini dan memastikan penanganan dilakukan secara cepat dan terkoordinasi. Posko terpadu telah dibuka di Kantor ASDP Cabang Gilimanuk untuk memberikan informasi terkini kepada keluarga korban.

Tragedi KMP Tunu Pratama Jaya menyoroti kembali pentingnya peningkatan standar keselamatan pelayaran di Indonesia. Kejadian ini menjadi pengingat akan perlunya pengawasan yang lebih ketat dan peningkatan infrastruktur untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga untuk perbaikan sistem keselamatan pelayaran di Indonesia.

Pos terkait